Guruh Gipsy : Kesepakatan Dalam Kepekatan pt.I

00.20 anggiprahesta 0 Comments

Hari ini komposer kawakan Indonesia yang juga Ayah dari penyanyi Gita Gutawa, Erwin Gutawa, menggelar konser di Plenary Hall JCC dalam rangka mengapresiasi karya-karya salah satu seniman besar Indonesia, Guruh Soekarno Putra, yang notabene juga adalah Adik dari Megawati Soekarno Putri.

Konser yang melibatkan artis-artis era sekarang seperti Tulus, Raisha, Nowela, Superman Is Dead dll ini akan membawakan karya Guruh dari masa ke masa, seperti Galih dan Ratna, Indonesia Maharddhika, Zamrud Khatulistiwa dll. Berbicara tentang karya Guruh ini, tentu saja tak bisa kita lepaskan dengan salah satu project karyanya yang monumental sekaligus fenomenal bersama band Gipsy, yang dimana project tersebut dinamai dengan Guruh Gipsy.


Gipsy yang digawangi oleh Abadi Soesman (synthesizers), Chrisye(bass,vokal), Keenan Nasution (drums,vokal), Roni Harahap (piano/keyboard,komposer ), Oding Nasution (gitar) ini bekerja sama dengan Guruh untuk merekam sebuah album yang menunjukan keprihatinan Guruh terhadap kondisi bangsa pada saat itu yang cenderung anak mudanya terlalu berkiblat ke barat dalam menciptakan hasil karya. Kegelisahan Guruh tersebut memicunya untuk menghasilkan sebuah project musik yang mengawinkan musik tradisional Indonesia (Bali) dengan musik barat. 



Project ini dirilis dalam bentuk kaset yang dilengkapi booklet setebal 32 halaman pada tahun 1976, dan memakan proses dalam penggarapannyaantara tahun 1975 ~1976. Project ini didanai oleh beberapa pengusaha, salah satunya alm.Taufiek Kiemas, yang juga kakak ipar Guruh. Konon album ini hanya dicetak 5000 copy, dan diedarkan  secara tak lazim, misalnya dipajang di apotek dan tempat lainnya. Dari sinilah bisa dianggap sebagai cikal bakal gerakan indie, yang dimana merekam, memproduksi dan memasarkan sendiri hasil karyanya tanpa melalui label. Album yang beraroma Progressive-Rock ini tidak sukses dipasaran, musik yang disuguhkan album ini dianggap terlalu rumit, ditambah harga yang dipatok untuk menebus album ini terbilang terlalu mahal. Pada umumnya kaset-kaset yang dijual pada saat itu sekitar Rp. 700 ~ Rp. 800, sedangkan album ini dijual dengan Rp. 1.750. Tapi justru yang harus diteladani dari penggarapan album ini adalah idealisme seorang Guruh yang ingin berkarya menjunjung tinggi budaya Indonesia tanpa memperdulikan nilai komersialisme.

Tak disangka beberapa dekade setelahnya, album ini malah diperbincangkan di skema musik Progressive-Rock dunia, dan menjadi incaran para kolektor dunia. Ironisnya pada tahun 2006, salah satu label rekaman Jerman, Shadork Record membajak album ini dan merilisnya terbatas dalam bentuk vinyl. Bajakannya saja mampu mencapai harga kisaran Rp. 1 jutaan. Album yang menyertakan tagline "Kesepakatan Dalam Kepekatan" di cover depannya ini sempat termuat di salah satu film garapan Mira Lesmana, Garasai. Mungkin dari film itulah popularitas album ini kembali mencuat. Saya sendiri mendapatkan album ini dengan harga yang cukup tinggi untuk sebuah kaset. Saya pernah bertanya harga tentang album ini jikalau masih dilengkapi bookletnya, konon bisa mencapai Rp. 1 juta ~ Rp. 3 juta.


             Album ini berisikan 6 lagu, yaitu :
  1. Indonesia Maharddhika
  2. Chopin Larung
  3. Barong Gundah
  4. Geger Gelgel
  5. Janger 1987 Saka
  6. Smaradhana
Untuk lebih detailnya tentang album ini, saya masih mencari riset di artikel-artikel yang ada di internet, termasuk catatan di blog-nya Denny Sakrie yang akan saya tuangkan dengan bahasa saya sendiri. Bagi yang menonton konser "Salute To Guruh Soekarno Putra" selamat mengapresiasi.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu