Guruh Gipsy : Kesepakatan Dalam Kepekatan pt.I
Hari ini komposer kawakan Indonesia yang juga Ayah dari penyanyi
Gita Gutawa, Erwin Gutawa, menggelar konser di Plenary Hall JCC dalam rangka
mengapresiasi karya-karya salah satu seniman besar Indonesia, Guruh Soekarno
Putra, yang notabene juga adalah Adik dari Megawati Soekarno Putri.
Konser yang melibatkan artis-artis era sekarang seperti Tulus,
Raisha, Nowela, Superman Is Dead dll ini akan membawakan karya Guruh dari masa
ke masa, seperti Galih dan Ratna, Indonesia Maharddhika, Zamrud Khatulistiwa
dll. Berbicara tentang karya Guruh ini, tentu saja tak bisa kita lepaskan
dengan salah satu project karyanya yang monumental sekaligus fenomenal bersama
band Gipsy, yang dimana project tersebut dinamai dengan Guruh Gipsy.
Gipsy yang digawangi oleh Abadi Soesman (synthesizers), Chrisye(bass,vokal), Keenan
Nasution (drums,vokal), Roni Harahap (piano/keyboard,komposer ), Oding Nasution
(gitar) ini bekerja sama dengan Guruh untuk
merekam sebuah album yang menunjukan keprihatinan Guruh terhadap kondisi bangsa
pada saat itu yang cenderung anak mudanya terlalu berkiblat ke barat dalam
menciptakan hasil karya. Kegelisahan Guruh tersebut memicunya untuk
menghasilkan sebuah project musik yang mengawinkan musik tradisional Indonesia
(Bali) dengan musik barat.
Project ini dirilis dalam bentuk kaset yang dilengkapi
booklet setebal 32 halaman pada tahun 1976, dan memakan proses dalam
penggarapannyaantara tahun 1975 ~1976. Project ini didanai oleh beberapa
pengusaha, salah satunya alm.Taufiek Kiemas, yang juga kakak ipar Guruh. Konon
album ini hanya dicetak 5000 copy, dan diedarkan secara tak lazim, misalnya dipajang di apotek
dan tempat lainnya. Dari sinilah bisa dianggap sebagai cikal bakal gerakan
indie, yang dimana merekam, memproduksi dan memasarkan sendiri hasil karyanya
tanpa melalui label. Album yang beraroma Progressive-Rock ini tidak sukses
dipasaran, musik yang disuguhkan album ini dianggap terlalu rumit, ditambah
harga yang dipatok untuk menebus album ini terbilang terlalu mahal. Pada umumnya
kaset-kaset yang dijual pada saat itu sekitar Rp. 700 ~ Rp. 800, sedangkan
album ini dijual dengan Rp. 1.750. Tapi justru yang harus diteladani dari
penggarapan album ini adalah idealisme seorang Guruh yang ingin berkarya
menjunjung tinggi budaya Indonesia tanpa memperdulikan nilai komersialisme.
Tak disangka beberapa dekade setelahnya, album ini malah
diperbincangkan di skema musik Progressive-Rock dunia, dan menjadi incaran para
kolektor dunia. Ironisnya pada tahun 2006, salah satu label rekaman Jerman,
Shadork Record membajak album ini dan merilisnya terbatas dalam bentuk vinyl.
Bajakannya saja mampu mencapai harga kisaran Rp. 1 jutaan. Album yang
menyertakan tagline "Kesepakatan
Dalam Kepekatan" di cover depannya ini sempat termuat di salah satu
film garapan Mira Lesmana, Garasai. Mungkin dari film itulah popularitas album
ini kembali mencuat. Saya sendiri mendapatkan album ini dengan harga yang cukup
tinggi untuk sebuah kaset. Saya pernah bertanya harga tentang album ini jikalau
masih dilengkapi bookletnya, konon bisa mencapai Rp. 1 juta ~ Rp. 3 juta.
Album ini berisikan 6 lagu, yaitu :
- Indonesia Maharddhika
- Chopin Larung
- Barong Gundah
- Geger Gelgel
- Janger 1987 Saka
- Smaradhana
Untuk lebih detailnya tentang album ini, saya masih
mencari riset di artikel-artikel yang ada di internet, termasuk catatan di
blog-nya Denny Sakrie yang akan saya tuangkan dengan bahasa saya sendiri. Bagi
yang menonton konser "Salute To Guruh Soekarno Putra" selamat
mengapresiasi.
0 komentar: