Aku (Masih) Belum Pesimis!
もうダメだというときが仕事の始まり(稲盛和夫)
Mou dame da to iu toki ga shigoto no hajimari
Sewaktu berkata “tidak mungkin”, itu adalah awal dari pekerjaan
Pesimis
akan sesuatu sejatinya memang selalu menjadi hambatan utama yang datang
pertama kali bagi mereka yang akan mengawali sesuatu. Bagi sebagian
orang yang bisa memahami krisis percaya diri seseorang mungkin akan jadi
sebuah kemakluman, tapi beberapa orang yang lebih bernyali tentunya
akan lebih memiliki sebuah kesempatan mengolok-olok mereka yang
mengalami krisis demikian.
Konsep mengaku kalah sebelum memulai
perang itu memang sangat hina adanya, bagaimana mungkin kita merasa
seolah sangat lemas sebelum benar-benar mengalami ketegangan. Istilah
"Mental Tempe" yang diperuntukan bagi mereka yang demikian, mungkin akan
sangat lebih sarkastik jika mengalami peyorasi menjadi "Impotensi
Mental".
Kita harus benar-benar paham hal pertama apa yang harus
kita lakukan sebelum jauh melakukan hal-hal yang penuh dengan ketegangan
lainnya. Yap! Pertama buang keraguan akan kegagalan, entah nantinya
ketidakberhasilanlah yang akan kita raih, paling tidak berusahalah untuk
percaya diri kalau kita itu bukan orang lemas yang takut akan
ketegangan-ketegangan hidup. Kalau kita termasuk golongan yang berfikir,
ketegangan-ketengangan hidup itu maknanya akan bias menjadi sebuah
kenikmatan, kalau kita menikmatinya dengan sepenuh jiwa raga serta sukma
yang mendalam.
Hal-hal positif sangat dibutuhkan sebagai tameng
meloloskan kita dari jerat putus asa di awal langkah. Pancasila di sila
ke-1 mengajarkan kita agar senantiasa selalu menjadi hamba yang percaya
terhadap kehendak Tuhan, dalam kasus ini sebagai seorang muslim - saya
khususnya, saya akan selalu percaya dengan setiap keputusan Allah SWT
sebagai anugerah yang luar biasa mutlaknya menemani langkah saya di
setiap keputusan yang saya ambil, termasuk keputusan untuk tetap sok
optimis, dibanding saya harus terlalu jujur dalam rasa pesimis saya.
Saya yakin Dia sangat benci terhadap saya, jika saya sedemikian sok tahu
tentang apa yang tak pernah saya tahu tentang kehendak-Nya.
Kita
harus benar-benar paham kalau langkah awal itu sangat substansial
menentukan ke depannya akan bagaimana. Tidak cukup juga hanya sebatas
memahami, meyakini sebuah hal positif tentang keberhasilan juga sangat
diperlukan sebagai modal percaya diri menghadapi langkah berikutnya.
Kemudian jikalau keberhasilan yang kamu dapati nantinya, syukurmu kepada
Tuhanmu, akan jadi sebuah parameter dimana kamu layak ditempatkan,
sebagai yang bajingan atau sebagai yang beriman.
Sebentar, seyakin
itu kamu akan berhasil melewati jeratan pesimis di awal pekerjaanmu?
Seyakin itu Tuhanmu akan mempermudahmu mendapatkan rasa optimis di awal
langkahmu? Aku harap kita (masih) belum pesimis.
0 komentar: