Jimi “DANGER” Mulhtazam
Saat itu sekitar 2007 ~ 2008 saya lebih sering memutar lagu
ini (baca : Matraman) dibandingkan lagu Hijau Daun atau Seventeen yang waktu
itu lebih sering tayang di TV. Saya juga tak tahu kalau judul lagu ini adalah
salah satu nama daerah di Jakarta Timur, Matraman.
“Aku di Matraman, Kau di kota Kembang” penggalan lirik bagian
refrain yang menohok buat saya, simple tapi lugas. Padahal lagu ini ada di
album yang sama dengan lagu The Upstairs yang ketika putih-biru hampir saya bawakan di salah satu acara dengan band
saya dulu, Disko Darurat.
Jimi Mulhtazam yang entah nama aslinya siapa, lahir di Jakarta di
tahun 1974 beberapa hari setelah atau sebelum peristiwa Malaria, entah saya
juga tak ingat dan tak mau ingat. Di website pribadinya tertulis singkat profilnya, kalau dia lebih dulu mahir menggambar dari
pada menulis atau membaca.
Lelaki jebolan IKJ ini pernah menjadi cameo di salah satu film remaja “Realita,
Cinta dan Rock N’ Roll” dan sempat nongol di beberapa film lain seperti I Love You, Oom dan Kawin Laris ini memang dikenal pintar silat lidah di panggung
(hampir semua yang memuat profil tentang dia menulis demikian), yang membuatnya
sangat kharismatik saat show. Itu terbukti ketika beberapa hari lalu saya
menonton Live Morfem di acara pensi legendaryis salah satu SMA di Jakarta,
PLfair. Dengan dan selalu memanggil“My
Friend” dengan dan kepada siapa dia berbincang, serta di dukung gaya bicara
yang asyik!, dia seolah punya cara tersendiri saat berinteraksi dengan crowd.
Bahkan saya berkesempatan bertemu dan sedikit berbincang dengan Morfem
setelahnya di belakang pangung, 3 album yang saya bawa tidak sia-sia, akhirnya
di legalisir oleh semua personil. Saat itu Jimi tak seriang Pandu Fuzztoni,
rekannya di Morfem yang lebih sedikit bisa pura-pura antusias ngobrol dengan
saya setelah saya ngaku kalu saya juga suka John Squire (The Stone Roses),
mungkin Jimi kelelahan.
Jimi adalah frontman dari The Upstairs dan Morfem, dialah yang
bertanggung jawab dengan artwork dan lirik lagu-lagu dari dua band tersebut. 2
gambar hasil tangannya yang paling iconic buat saya bisa di lihat pada sampul
album Energy (2006) dan gambar yang mungkin kalau tidak salah ada di album EP
Antahberantah (2001) mirip David Bowie yang kaosnya kadang sering Jimi pakai.
Tetapi disini saya akan menyuarakan Jimi dengan lirik-lirik lagunya.
Lirik yang ia tulis itu unik dan khas, keluar dari pakem gaya tulisan yang ada,
saya sendiri kurang terlalu bisa memahami apa yang ia ceritakan di lirik
lagunya pada beberapa lagu. Tapi itu tak mengurangi asumsi saya kalau Jimi
adalah salah satu penulis lirik Bahasa Indonesia yang handal dan khas saat ini.
Berikut adalah 5 lagu ber-lirik keren ditulis Jimi “DANGER” Mulhtazam.
1.
Matraman
Saya tak tahu Matraman itu seperti apa sebelum saya sering
melewatinya sekarang-sekarang ini. Ini adalah lagu cinta yang benar-benar
non-mainstream. Berbeda dengan lagu-lagu band TV saat itu yang semua lagu
cintanya begitu-begitu saja, kalau orang sunda bilang “Keneh Keneh Kehed”. Pada
dasarnya mustahil kita menemukan ke-romantisan di daerah yang bertebaran debu
yang kerap di jadikan ajang tawuran sesama pelajar?. Jimi berpikir lain,
sekalipun dihadapkan dengan jarak antara dua kota yang sama-sama keras,
romantimisme itu bisa terasa walau hanya mengirimkan sekuntum bunga mawar,
sesuai dengan bagian reff-nya yang begitu menohok buat saya
Kan kupersembahkan sekuntum
mawar
Aku di Matraman, Kau di
kota Kembang
Sangat tepat kalau lagu ini diganjar urutan
ke-130 sebagai salah satu lagu terbiak Indonesia sepanjang masa oleh Rolling
Stone Indonesia. Satu yang jadi pertanyaan, kenapa pembuatan klip ini di
Bandung yak? ;).
2. Konservatif
Entah
sampai saat ini saya masih belum mengerti korelasi isi lagu dengan judulnya, ah
biarkan sajalah!, yang jelas lagu ini sangat out of the box liriknya. Lagu ini
bukan lagu The Upstairs ataupun Morfem, lagu ini adalah salah satu yang mengisi
album debut The Adams, ditulis bebarengan oleh Jimi dan Aryo sang vokalis.
Siang kusaksikan
engkau terduduk sendiri
Dengan kostummu yang berkilau
Dan angin sedang kencang – kencang berhembus
Di Jakarta
Dan aku kan berada di teras rumahmu
Saat air engkau suguhkan
Dan kita bicara tentang apa saja
Siang lambat laun telah menjadi malam
Dan kini telah gelas ketiga
Jam sembilan malam aku pulang
Dengan kostummu yang berkilau
Dan angin sedang kencang – kencang berhembus
Di Jakarta
Dan aku kan berada di teras rumahmu
Saat air engkau suguhkan
Dan kita bicara tentang apa saja
Siang lambat laun telah menjadi malam
Dan kini telah gelas ketiga
Jam sembilan malam aku pulang
Lagu
ini juga menjadi salah satu lagu soundtrack di film Janji Joni, juga
ditempatkan sebagai salah satu lagu terbaik Indonesia versi majalah Rolling
Stone Indonesia. Walaupun ditulis bebarengan dengan orang lain, saya yakin Jimi
paling berkontribusi besar dalam penulisan lirik di lagu ini, cerdas!. Hal yang
menarik lainnya adalah riff gitar intro lagu ini yang keren. Rolling Stone menempatkan lagu ini di urutan ke-136 sebagai salah satu lagu terbaik Indonesia sepanjang masa.
3. Gadis Suku Pedalaman
Tema di lagu ini sangatlah
Segar!. Bercerita tentang seseorang yang ditinggal merantau ke luar pulau,
mungkin tepatnya pulau Kalimantan. Karena sudah tak ada kabar apapun darinya,
maka orang tersebut berspekulasi kalau dia mungkin bercinta dengan salah satu
gadis pedalaman di pulau tersebut. Segar bukan?, suatu gagasan yang belum ada
sebelumnya dari band-band Indonesia lainnya. Sound gitar Pandu di lagu ini juga
ciamik. Menariknya, di tengah-tengah lagu Jimi ber-menonolog layaknya itu
adalah sebuah puisi yang dibacakan layaknya penyair.
Kini kau berdialog dengan
alam raya yang masih perawan
Aku yakin kau telah menjadi
avatar disana
Dan udara yang kau hirup
lebih segar dari Jakarta
Aku titip salam untuk
istrimu yang cantik jelita
Dan mertuamu yang pasti
sakti mandraguna
Semoga kamu bisa
menyaksikan kami disana
Melalui perangkat parabola
Lagu ini juga menjadi salah
satu lagu terbaik lokal di tahun 2011 yang dinobatkan oleh majalah yang sama,
Rolling Stone Indonesia.
4.
Selamat Datang Di Tubuh Kami
Natrium Benzoa Glisterol Benzaldehida Amil Asetat
Sakarin Oh Siklamat Aspartam Borax Formalin
Selamat datang di tubuh kami, Hey nikmati....
Lagi-lagi Jimi menempatkan
dirinya sebagai penulis lirik yang cerdas dalam memilih kata-kata. Lagu ini di
awali dengan berbagai macam racun atau zat yang seyogyanya merusak tubuh
manusia. Lagu ini dibalut dengan musik yang semakin dewasa dari album ciamik
The Upstairs, Katalika. Pemilihan nama-nama zat perusak di awal lagu ini sangat
menarik, menurut saya lagu ini dalah satu sindiran bagi mereka yang tetap memperkenankan
racun-racun tersebut datang dan hinggap ke tubuh mereka, padahal mereka tahu
kalau itu tak baik dan merusak.
5.
Pilih Sidang Atau Berdamai
Sebenarnya agak bingung
menempatkan lagu mana yang pantas di posisi ke-5 ini, apakah lagu ini atau lagu
terbaru mereka, Planet Berbeda. Tapi saya putuskan lagu ini lebih pantas. Coba
simak ketegasan di akhir lagu ini
Pilih sidang atau berdamai?
Kami pilih sidang sajalah
Tegas!. Saya yakin lagu ini
dalah pengalaman pribadi Jimi atau teman Jimi, sebuah lagu tentang lebih
memilih sikap mengambil konsekwensi bertanggung jawab atas pelanggaran lalu
lintas yang diperbuat, pelanggaran yang dilakukan bukan berarti tanpa sebab,
dari pada kompromi dengan pihak petugas yang seolah menggigit layaknya buaya.
Itu tercermin di bagian salah satu lirik lagu ini. Video dari lagu ini dinobatkan sebagai video klip
terbiak 2011, lagu-lagi oleh Rolling Stone Indonesia. Video klipnya lucu,
Godzilla di video klip tersebut di analogkian sebagai oknum petugas yang
berwenang.
Lepas dari macan digigit buaya
Sebagai tindak lanjut dari kebingungan pemilihan lagu ke-5, Planet
Berbeda juga layak di angkat sebagai lagu berlirik keren yang menempatkan Jimi sebagai
penulis lirik yang berwawasan luas, terbukti di beberapa bagian liriknya yang
saya suka di lagu ini.
Aku memilih Bob
Dylan, sedang kau Mumford & Son
Dan
Dia pembaca karya Hirata
Sedang ku penggila Teguh Esha
Orang memandang heran
Ah, kami sih biasa
Karena kita telah ditakdirkan
Sesuai judulnya, Planet Berbeda, menceritakan
dua orang dengan sisi yang berbeda. Paradoks dan dipaparkan dengan cara yang
berbeda pula. Ada juga penggalan lirik yang berorasi tentang rekaman fisik itu
tidak bakal ada matinya, ditengah gempuran musik digital tetap saja fisik lebih
mempesona.
Ribuan Hipster menggoda
Hasrat digital bergelora
Tapi tetap saja analog yang juara
Tak hanya lagu-lagu di atas, seorang Jimi juga
mampu menciptakan keunikan di lagu yang lainnya. Sebut saja beberapa judul lagu
yang menarik seperti Apakah Aku Ada Di
Mars Atau Mereka Mengundang Orang Mars, Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun,
Digital Video Festival dan lain-lain. Khusus untuk lagu Digital Video Festival, saya suka
penggalan lirik awalnya yang berbunyi “Kita
di masa depan, dan sedang menuju Jakarta Barat”.
Jimi yang sekarang bukanlah Jimi yang dulu
dengan kostum warna-warni dan celana ketat seolah-olah titisan Prajurit Mars,
dia sekarang lebih bijak sebagai ayah dari Pijar Cakrawala dengan dandanan yang nampak tak jauh beda dengan Ariel Noah walaupun masih sedikit agak nyeleneh dan
tengil. Sesekali di sore hari mungkin dia juga ber-scooter ria dengan keluarga
tercinta.
Jimi Mulhtazam, salah satu wujud dan bukti
kalau dengan Bahasa Indonesia kita bisa ciamik dan keren.
0 komentar: