Jimi “DANGER” Mulhtazam

17.13 anggiprahesta 0 Comments


Saat itu sekitar 2007 ~ 2008 saya lebih sering memutar lagu ini (baca : Matraman) dibandingkan lagu Hijau Daun atau Seventeen yang waktu itu lebih sering tayang di TV. Saya juga tak tahu kalau judul lagu ini adalah salah satu nama daerah di Jakarta Timur, Matraman.

“Aku di Matraman, Kau di kota Kembang” penggalan lirik bagian refrain yang menohok buat saya, simple tapi lugas. Padahal lagu ini ada di album yang sama dengan lagu The Upstairs yang ketika putih-biru hampir  saya bawakan di salah satu acara dengan band saya dulu, Disko Darurat.


Jimi Mulhtazam yang entah nama aslinya siapa, lahir di Jakarta di tahun 1974 beberapa hari setelah atau sebelum peristiwa Malaria, entah saya juga tak ingat dan tak mau ingat. Di website pribadinya tertulis singkat profilnya, kalau dia lebih dulu mahir menggambar dari pada menulis atau membaca.

Lelaki jebolan IKJ ini pernah menjadi cameo di salah satu film remaja “Realita, Cinta dan Rock N’ Roll” dan sempat nongol di beberapa film lain seperti I Love You, Oom dan Kawin Laris ini memang dikenal pintar silat lidah di panggung (hampir semua yang memuat profil tentang dia menulis demikian), yang membuatnya sangat kharismatik saat show. Itu terbukti ketika beberapa hari lalu saya menonton Live Morfem di acara pensi legendaryis salah satu SMA di Jakarta, PLfair. Dengan  dan selalu memanggil“My Friend” dengan dan kepada siapa dia berbincang, serta di dukung gaya bicara yang asyik!, dia seolah punya cara tersendiri saat berinteraksi dengan crowd. Bahkan saya berkesempatan bertemu dan sedikit berbincang dengan Morfem setelahnya di belakang pangung, 3 album yang saya bawa tidak sia-sia, akhirnya di legalisir oleh semua personil. Saat itu Jimi tak seriang Pandu Fuzztoni, rekannya di Morfem yang lebih sedikit bisa pura-pura antusias ngobrol dengan saya setelah saya ngaku kalu saya juga suka John Squire (The Stone Roses), mungkin Jimi kelelahan.


Jimi adalah frontman dari The Upstairs dan Morfem, dialah yang bertanggung jawab dengan artwork dan lirik lagu-lagu dari dua band tersebut. 2 gambar hasil tangannya yang paling iconic buat saya bisa di lihat pada sampul album Energy (2006) dan gambar yang mungkin kalau tidak salah ada di album EP Antahberantah (2001) mirip David Bowie yang kaosnya kadang sering Jimi pakai.

Tetapi disini saya akan menyuarakan Jimi dengan lirik-lirik lagunya. Lirik yang ia tulis itu unik dan khas, keluar dari pakem gaya tulisan yang ada, saya sendiri kurang terlalu bisa memahami apa yang ia ceritakan di lirik lagunya pada beberapa lagu. Tapi itu tak mengurangi asumsi saya kalau Jimi adalah salah satu penulis lirik Bahasa Indonesia yang handal dan khas saat ini. Berikut adalah 5 lagu ber-lirik keren ditulis Jimi “DANGER” Mulhtazam.


1.     Matraman
Saya tak tahu Matraman itu seperti apa sebelum saya sering melewatinya sekarang-sekarang ini. Ini adalah lagu cinta yang benar-benar non-mainstream. Berbeda dengan lagu-lagu band TV saat itu yang semua lagu cintanya begitu-begitu saja, kalau orang sunda bilang “Keneh Keneh Kehed”. Pada dasarnya mustahil kita menemukan ke-romantisan di daerah yang bertebaran debu yang kerap di jadikan ajang tawuran sesama pelajar?. Jimi berpikir lain, sekalipun dihadapkan dengan jarak antara dua kota yang sama-sama keras, romantimisme itu bisa terasa walau hanya mengirimkan sekuntum bunga mawar, sesuai dengan bagian reff-nya yang begitu menohok buat saya

Kan kupersembahkan sekuntum mawar
Aku di Matraman, Kau di kota Kembang 

Sangat tepat kalau lagu ini diganjar urutan ke-130 sebagai salah satu lagu terbiak Indonesia sepanjang masa oleh Rolling Stone Indonesia. Satu yang jadi pertanyaan, kenapa pembuatan klip ini di Bandung yak? ;).


2.     Konservatif
Entah sampai saat ini saya masih belum mengerti korelasi isi lagu dengan judulnya, ah biarkan sajalah!, yang jelas lagu ini sangat out of the box liriknya. Lagu ini bukan lagu The Upstairs ataupun Morfem, lagu ini adalah salah satu yang mengisi album debut The Adams, ditulis bebarengan oleh Jimi dan Aryo sang vokalis.

Siang kusaksikan engkau terduduk sendiri
Dengan kostummu yang berkilau
Dan angin sedang kencang – kencang berhembus
Di Jakarta

Dan aku kan berada di teras rumahmu
Saat air engkau suguhkan
Dan kita bicara tentang apa saja

Siang lambat laun telah menjadi malam
Dan kini telah gelas ketiga
Jam sembilan malam aku pulang

Lagu ini juga menjadi salah satu lagu soundtrack di film Janji Joni, juga ditempatkan sebagai salah satu lagu terbaik Indonesia versi majalah Rolling Stone Indonesia. Walaupun ditulis bebarengan dengan orang lain, saya yakin Jimi paling berkontribusi besar dalam penulisan lirik di lagu ini, cerdas!. Hal yang menarik lainnya adalah riff gitar intro lagu ini yang keren. Rolling Stone menempatkan lagu ini di urutan ke-136 sebagai salah satu lagu terbaik Indonesia sepanjang masa.


3.     Gadis Suku Pedalaman
Tema di lagu ini sangatlah Segar!. Bercerita tentang seseorang yang ditinggal merantau ke luar pulau, mungkin tepatnya pulau Kalimantan. Karena sudah tak ada kabar apapun darinya, maka orang tersebut berspekulasi kalau dia mungkin bercinta dengan salah satu gadis pedalaman di pulau tersebut. Segar bukan?, suatu gagasan yang belum ada sebelumnya dari band-band Indonesia lainnya. Sound gitar Pandu di lagu ini juga ciamik. Menariknya, di tengah-tengah lagu Jimi ber-menonolog layaknya itu adalah sebuah puisi yang dibacakan layaknya penyair.

Kini kau berdialog dengan alam raya yang masih perawan
Aku yakin kau telah menjadi avatar disana
Dan udara yang kau hirup lebih segar dari Jakarta
Aku titip salam untuk istrimu yang cantik jelita
Dan mertuamu yang pasti sakti mandraguna
Semoga kamu bisa menyaksikan kami disana
Melalui perangkat parabola

Lagu ini juga menjadi salah satu lagu terbaik lokal di tahun 2011 yang dinobatkan oleh majalah yang sama, Rolling Stone Indonesia.

4.     Selamat Datang Di Tubuh Kami
Natrium Benzoa Glisterol Benzaldehida Amil Asetat
Sakarin Oh Siklamat Aspartam Borax Formalin
Selamat datang di tubuh kami, Hey nikmati....

Lagi-lagi Jimi menempatkan dirinya sebagai penulis lirik yang cerdas dalam memilih kata-kata. Lagu ini di awali dengan berbagai macam racun atau zat yang seyogyanya merusak tubuh manusia. Lagu ini dibalut dengan musik yang semakin dewasa dari album ciamik The Upstairs, Katalika. Pemilihan nama-nama zat perusak di awal lagu ini sangat menarik, menurut saya lagu ini dalah satu sindiran bagi mereka yang tetap memperkenankan racun-racun tersebut datang dan hinggap ke tubuh mereka, padahal mereka tahu kalau itu tak baik dan merusak.


5.     Pilih Sidang Atau Berdamai
Sebenarnya agak bingung menempatkan lagu mana yang pantas di posisi ke-5 ini, apakah lagu ini atau lagu terbaru mereka, Planet Berbeda. Tapi saya putuskan lagu ini lebih pantas. Coba simak ketegasan di akhir lagu ini

Pilih sidang atau berdamai?
Kami pilih sidang sajalah

Tegas!. Saya yakin lagu ini dalah pengalaman pribadi Jimi atau teman Jimi, sebuah lagu tentang lebih memilih sikap mengambil konsekwensi bertanggung jawab atas pelanggaran lalu lintas yang diperbuat, pelanggaran yang dilakukan bukan berarti tanpa sebab, dari pada kompromi dengan pihak petugas yang seolah menggigit layaknya buaya. Itu tercermin di bagian salah satu lirik lagu ini. Video dari lagu ini dinobatkan sebagai video klip terbiak 2011, lagu-lagi oleh Rolling Stone Indonesia. Video klipnya lucu, Godzilla di video klip tersebut di analogkian sebagai oknum petugas yang berwenang.

Lepas dari macan digigit buaya

Sebagai tindak lanjut dari kebingungan pemilihan lagu ke-5, Planet Berbeda juga layak di angkat sebagai lagu berlirik keren yang menempatkan Jimi sebagai penulis lirik yang berwawasan luas, terbukti di beberapa bagian liriknya yang saya suka di lagu ini.

Aku memilih Bob Dylan, sedang kau Mumford & Son

Dan

Dia pembaca karya Hirata
Sedang ku penggila Teguh Esha
Orang memandang heran
Ah, kami sih biasa
Karena kita telah ditakdirkan

Sesuai judulnya, Planet Berbeda, menceritakan dua orang dengan sisi yang berbeda. Paradoks dan dipaparkan dengan cara yang berbeda pula. Ada juga penggalan lirik yang berorasi tentang rekaman fisik itu tidak bakal ada matinya, ditengah gempuran musik digital tetap saja fisik lebih mempesona.

Ribuan Hipster menggoda
Hasrat digital bergelora
Tapi tetap saja analog yang juara

Tak hanya lagu-lagu di atas, seorang Jimi juga mampu menciptakan keunikan di lagu yang lainnya. Sebut saja beberapa judul lagu yang menarik seperti Apakah Aku Ada Di Mars Atau Mereka Mengundang Orang Mars, Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun, Digital Video Festival dan lain-lain. Khusus untuk lagu Digital Video Festival, saya suka penggalan lirik awalnya yang berbunyi “Kita di masa depan, dan sedang menuju Jakarta Barat”.

Jimi yang sekarang bukanlah Jimi yang dulu dengan kostum warna-warni dan celana ketat seolah-olah titisan Prajurit Mars, dia sekarang lebih bijak sebagai ayah dari Pijar Cakrawala dengan dandanan yang nampak tak jauh beda dengan Ariel Noah walaupun masih sedikit agak nyeleneh dan tengil. Sesekali di sore hari mungkin dia juga ber-scooter ria dengan keluarga tercinta.

Jimi Mulhtazam, salah satu wujud dan bukti kalau dengan Bahasa Indonesia kita bisa ciamik dan keren.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu